who am i: being a skeptic
1:23 AM
Kadang gue bersikap skeptis terhadap friendship. Mungkin itu yang ngebuat gue
jadi extrovert di antara keluarga gue dan sedikit tertutup (naturally) kalo sama temen. Dikatakan skeptis
karena gue emang nggak menaruh banyak ekspektasi terhadap mereka. Gue akan
sangatlah senang dan appreciate kalo
mereka ada di saat gue senang maupun susah, tapi gue juga nggak akan merasa
terlalu sakit hati kalo mereka nggak hadir di saat gue sedih. Mungkin suatu
saat kalo itu bener terjadi, gue akan berpikir itu karmanya gue karena pernah
nggak hadir (tanpa gue sadari) di momen down-nya
mereka. Mungkin juga karena gue orang yang terlalu family-oriented. Gue
selalu berpikir selengket-lengketnya temen gue dengan gue, memang toh nggak ada
yang lebih tau diri gue sebaik keluarga gue. Menurut gue, sedekat apapun gue
sama teman gue, mereka tetap bisa dengan mudahnya pergi gitu aja dari kehidupan
gue, bahkan bisa balik lagi jadi stranger,
tapi keluarga nggak akan pernah bisa begitu. Banyak orang di luar sana yang
bisa mendadak mendekati kita, jadi temen kita, ngambil advantage dari kita, trus pergi lagi. Ada juga yang udah deket
banget sama kita, sampai akhirnya kita udah percaya banget sama mereka, kita
buka darkest side kita di depan
mereka, dan taunya beda prinsip sama mereka, mereka ga bisa nerima, trus mereka
jaga jarak. People come & go, but
family does not. Emang cuma keluarga yang tau bobrok busuknya gue dan tetep
tulus sama gue. Mereka, keluarga, nggak berharap akan balasan untuk berbuat
baik sama gue. Tapi jangan salah artikan pandangan gue dengan ‘nih orang nggak
mau temenan sama siapapun’. In fact, I do
have a lot of friends, but small amount on bestfriends. Alhamdulillah sih
sejauh ini sahabat-sahabat gue nggak pernah ada yang ‘ninggalin’ gue, tapi
tetep aja ke-skeptis-an gue susah buat lepas. Oke, jadi inti post ini tuh
mungkin.. 1) gue orang yang sangat family-oriented,
2) gue kadang skeptis terhadap friendship,
tapi nggak berarti gue nggak suka berteman.
0 comments