;____;

11:56 PM

Throughout my life, I've always been so sure that I'm able to manage my emotion very well. Dulu gue kira demikian karena gue jarang ngerasa upset, sedih, dan nangis. Jarang sekali sampai bisa dihitung jari, even amidst the awful year (if that's even relevant though). Tahun 2020 kemarin, gue hanya nangis 3 kali. Saking jarangnya, semua momen nangis itu gue inget banget kapan, kenapa, dan bagaimana. I VERY rarely cry, but when I do, yakin banget situasi di balik itu + momen-momen itu adalah 'landmark cases' which affect significantly in my life.


Tapi apakah jarang sedih dan nangis berarti menjadikan lo orang yang tough dan emotionally mature? That's the question I've asked myself lately... On the second day of 2021, I just learnt that I might be not that tough nor that emotionally mature. In fact, there might be something unhealthy in the way I manage my emotions. Emotion is tricky. You have to be able to control it, but it could go wrong either because you lose that control or because you're too good at it .


Kenapa gue bahas ini? Karena hari ini gue nangis! Hahahah (aneh juga nangis tapi kok ketawa...). Hari ini aktivitas gue banyak dan cape banget dibanding biasanya sampe pulang-pulang migrain, berdiri sakit, jalan sakit, kemudian I was gaslighted over unimportant things, dapet komentar sekelibat yang gaenak didenger (sesimple 'jutek banget sih mukanya' yang biasanya gue abaikan begitu aja saking gak pentingnya, tapi entah kenapa gue lagi sensitif dan kesel banget dengernya). I was so upset, I unintentionally snapped my sister (I felt really bad after it dan gue minta maaf, however discomfort it is). I was going to sleep early and forgot all these bad things yang terjadi hari ini, tapi gak bisa. Instead, I was crying for an hour. Nangis ya karena cape banget, ya sakit banget nih pala, gaenak juga aftertaste udah ngelampiasin emosi ke kakak gue (ya meski udah maaf maafan tetep aja kan nyesel, kayak... it shouldn't have happened gitulo..?). I was very emotional, but I felt really bad seeing myself crying. Di situ gue sadar rupanya selama ini gue nggak se-emotionally mature itu untuk normalize sedih dan nangis di saat yang seharusnya! Gila juga dipikir-pikir. I've always thought that I got NO time to cry. How unhealthy is it? My (figuratively) old self would say that I'm such an immature... crying over little things! Pasti mikir lebay kalo gue nangis karena ginian doang dan nyia-nyiain waktu nangis. Mikirnya 'kalo lo mengedepankan otak dibanding emosi lo mending lo sekarang tidur, biar sakit kepala lo kelar, besok bisa bangun pagi banyak yang bisa dikerjain, besok juga lo udah lupa elaaa'. But I don't think that was me anymore... Setelah gue puas nangis, gue berusaha untuk mendekonstruksikan pemikiran gue (?). I have come into closure and decided that it is actually okay and acceptable to cry at this circumstance. This was one of those heavy days in life dimana nangis tuh wajar kok... ya kan? (lah nanya...) The point is, jangan ngerasa nangis tuh haram atau ngebuat lo (this is me writing to myself) ngerasa gak dewasa. Jangan keras sama diri sendiri! Jangan lupa kalo itu tuh justru karunia; bahwa manusia bisa punya perasaan dan emosi. Just my two cents: if you put a bar for your feelings and emotions, you might as well just dehumanize yourself. a en je a yeee.


Dah ah cape. Udah puas mengeluarkan ini dari kepala gue. Kayanya bisa bobo nyenyak abis ini. Belajar lagi yang banyak ya tahun ini!!

thoughts

december

8:38 PM


December and I have always shared something remarkable
it might be both warm and cold, it might be melancholic, it might be breathtakingly enchanting
December and I have always shared the sweetest thing
it might be a peculiar coincidence, it might be a place, it might be a moment
December and I have always shared something historic
it might be a boy, it might be a self-realization, it might be a song

December and I... have always shared something only we both know and treasure




spies

9:01 PM

 i awake to see that no one is free
we're all fugitives
look at the way we live
down here, I can't sleep from fear, no
I said, which way do I turn?
oh I forget everything I learn

and the spies came out of the water
but you're feeling so bad, cause you know 
the spies hide out in every corner
but you can't touch them, no
cause they're all spies

simple things

10:26 PM

hari ini gue hepi banget!

udah dua minggu ini cuaca bandung (baca: cimahi, hehe) bener-bener gloomy. mendung dari pagi sampe sore, nggak ada sinar matahari langsung, langitnya selalu abu-abu butek. i used to love this gloomy weather. tapi sebagai seseorang yang kadang menggantungkan productivity mood kepada cuaca di luar, gloomy weather is nottttt goood. bawannya bangun-bangun ingin ku menarik selimut dan rebahan lagi. pagi ini, begitu keluar rumah liat langit biru cerah & ada matahari, saat itu juga gue langsung keluarin sepeda dan gowes keliling kompleks. mood gue pagi ini langsung baguuus banget. dipikir-pikir, such simple things in life... cuma gara-gara cuaca, bisa ya bikin gue mendadak sebahagia ini. we really take some things in our lives for granted, don't we?

sepanjang sepedaan, gue bener-bener nikmatiiiin tiap kayuhan sepeda, liat sekeliling sambil dengerin playlist andalan gue. i've been constantly thinking about things, mostly: kuliah, skripsi, tugas, or being anxious about kuliah, skripsi dan tugas :))) but not this time.




sempat terbesit di pikiran gue; ini nggak sih yang orang-orang bilang mindful state of mind?

sejujurnya, gue belum begitu dalam menggali konsep mindfulness. tapi, yang pasti gue bener-bener ngerasa content dan 'sensing' all things around me. menaruh seluruh atensi gue ke apa yang ada di depan mata dan sekeliling gue. gak ke hp maupun laptop layaknya apa yang gue lakukan hampir sepanjang hari. pagi ini, gue memutuskan gue ingin living mindfully setiap hari! pengen live in the present. pengen menghargai setiap kegiatan yang gue lakuin dan hal-hal yang ada di sekitar. pengen belajar lagi tentang konsep mindful living. p.s: at the moment, gue sambil baca Modern Spirituality: A Guide to the Heart of Mindfulness, Meditation, and The Art of Healing.


pokoknya, hari ini gue ngerasa bahagia, damai dan content... dan iya. cuma gara-gara cuaca.

titik.

a universe

5:16 PM

Elie Wiesel pernah bilang, "we must see in every person a universe with its own secrets, with its own treasures, with its own sources of anguish, and with some measure of triumph". i think it's such a wonderful metaphor, to see a person as a universe.

source: NASA


the quote somewhat makes me realize that we tend to forget that all things appeared on social media embodied superficiality. someone is so much more than what they chose to be seen. one consists of a brain filled with ideas and perceptions, a heart that gives birth to emotion, years of past carrying memories and scars which incised traumas, and traces of their surroundings--family, friends, society, things which make people people. this thing called instagram suka bikin gue lupa bahwa apa yang gue tau tentang mereka dari instastory dan post tuh nggak membuat gue benar-benar mengenal mereka. atau ngga usah jauh jauh via instagram deh, gue pun mungkin belum benar-benar dig down inside satu persatu secara partikular orang-orang di sekitar gue as a whole person. gue baru belajar the beauty of treasuring someone as a universe dari kakak gue yang dengan segala keberaniannya, memutuskan untuk open up tentang masa lalu dan trauma yang dia alami. i used to wonder why kenapa dia orangnya kayak gini, kenapa cara dia me-manage emosinya kayak gitu, kenapa dia cenderung begini kalo melakukan ini, dan lain-lain sampai akhirnya gue diberi potongan masa lalunya. she took hell of a courage to give me a piece of puzzle of her life yang bikin gue ngerasa kayak ditampar sambil dibilangin "you think you knew a person so much? no babe, you knew nothing at all" #drama. hehe. tapi sejak hari itu, sesungguhnya gue gak bisa memandang dia dengan cara yang sama.

both are my strong (little) sisters


ketika gue tau apa alasan dibalik semua itu, gue jadi bisa lebih memahami bagaimana rasanya berada di posisi dia, apa yang melatarbelakangi dia make such decisions, act in such ways, dan lain-lain. on a note, memang gue nggak bisa expect semua orang untuk open up dan memberikan pengertian. for some, membuka diri bisa jadi membuka luka lama. bisa jadi itu adalah sesuatu yang mereka tutup rapat juga.. karena memang nggak semua orang worth to be shared with such personal, if not deepest, informations. pun mereka juga sebenarnya nggak berkewajiban untuk memberi pengertian ke semua orang, berkoar-koar tentang apa yang mereka alami dalam hidupnya. jadi ya... mengalir aja? buat gue, ini jadi life lesson sih. semacam diingetin untuk jadi orang yang berpengertian... jauh-jauh dari prasangka buruk dan suudzon. diingetin lagi supaya bisa pendengar yang baik. tiap kali diberi kesempatan oleh orang lain untuk diceritain, gue juga jadi lebih menghargai itu. karena nggak semua orang bisa dikasih kepercayaan untuk jadi pendengar cerita mereka. kita pun picky kan untuk menceritakan beberapa hal tertentu? things that mean so much to us, tentunya kita pun hanya membagi itu ke orang yang kita percaya dan worth untuk tahu. nggak untuk yang sekedar pengen tau karena kepo doang. bercerita bisa jadi adalah hal yang sangaaatttt berarti. i guess the point is; every living person carries their own baggage. each of us comes in a package of all the good and the bad things in the past which makes us who we are. have some virtue to tolerate each flaws. be a good listener. and the most important out all of it: be a good humankind.