stories

that yellow jacket: part one

10:52 PM

Remember when i promised i was going to post about UI soon (on my chatbox)? Well.. turned out it's not-so-soon, karena saat ini gue udah ngelewatin semester pertama dalam perkuliahan (ada ga sih ungkapan lain dari time flies?).

Sebelum gue ceritain tentang si universitas-jaket-kuning, kayaknya akan lebih afdol kalo gue mundur timelinenya ke masa sebelum prom. I see there's a gap here in my blog post ever since jaman jaman stres kelas 12. Bahkan gue gak sempat cerita tentang prom sama sekali. So here it is, a post (or two) to sum up what had been happened in the past six months.

///BEFORE PROM: SNMPTN & PPKB///

Kalo ga salah, pendaftaran SNMPTN dan PPKB (jalur undangan khusus UI) sebenernya udah dimulai sejak awal semester dua. In case someone's wondering, jadi tahap pertama itu siswa satu sekolah dirank nilainya dari semester satu sampai lima. Karena ga semua siswa bisa mendaftar buat SNMPTN. Di sekolah gue cuma 50% siswa yang bisa daftar SNMPTN (tergantung akreditasi) dan PPKB (nah kalo ini seleksinya 50% bagi peminat PPKB). Alhamdulillah posisi gue bisa dibilang aman waktu itu di ranking IPS angkatan gue (FINALLY AFTER YEARS OF HELLA HARD WORKS, including countless of moment dimana gue menjadi orang yang ngerjain tugas kelompok sendiri bahkan sampe bolos dan nangis nangis ok gue lemah bgt). Btw setelah membaca postan ini, mungkin lo akan menganggap pilihan-pilihan jurusan gue super labil wkwkw but yes gue selabil itu. Di SNMPTN, pilihan 1-2-3 gue adalah SBM ITB - Akuntansi Unpad - Hukum Unpad. Sementara di PPKB, gue milih Psikologi. Honestly? Impian gue waktu itu tuh akun UI, tapi gue ga seberani itu untuk milih akun UI baik lewat SNMPTN dan PPKB. Dari sekolah gue hampir gaada yang pernah tembus ke UI jurusan apapun lewat snm (meanwhile peminat akun tuh paling banyak), dan kuota jurusan akun di PPKB cuma 7 (t u j u h  guys, se-Indonesia) kursi, sementara psiko waktu itu 40 kursi dan hukum 75 kursi. Intinya, kesempatan gue masuk UI lewat snmptn tuh kecil banget, hampir gaada malah. Yes i was playing safe, karena... gini deh, mau nilai gue bagus pun nggak ada yang bisa menjamin gue keterima, ya kan? Some people blame me for this, but they don't exactly know what it feels like to be on my shoe. The game i played brought me into my first choice. Gue lagi di les di inten waktu buka pengumuman SNMPTN. Jadiii kalo ga salah pengumuman tuh keluar jam 2. Nah waktu itu tuh kita masih kelas, sementara pas jam kelas hp kita semua dikumpulin dan kelasnya beres jam 3-an. Itu sepanjang les udah paling deg-degan paraaah sampe ga fokus denger materi. Gue sebelumnya udah commit bakal buka pengumumannya di rumah aja. Tapi di saat yang sama, Kana ngabarin di line kalo dia lolos di SBM ITB dan nanyain gue lolos atau engga. Lalu komitmen gue runtuh deh hehehe ABISNYA GREGETAN GA SIH??? Akhirnya gue buka juga pengumuman meski berkali-kali fail (situsnya overload). Gue dan temen-temen buka pengumumannya bareng-bareng. Waktu gue buka dan liat ada kotak warna ijo, gue langsung teriak seneng dan dipelukkkk sama Hani Cindy dan lain lain, trus ditelfon sama Pa ID (wali kelas inten) yang nyelametin gue lulus, trus ngabarin keluarga gue kalo gue lulus. I was happy & relief at the same time karena udah 'aman' dapet kuliah di SBM ITB, tapi ga bisa dipungkiri, hati gue masih nyangkut UI, karena itu impian gue dari kecil. Apalagi begitu pengumuman PPKB keluar dan gue ga lolos, gue memutuskan untuk tetap ikut intensif dan ikut simak di bulan depannya.


/// PROM ///

Here's the thing. I used to think that prom was going to be the best moment out of my high school life. Truth is, it was not. It was just a moment. Gue ke prom barang sahabat-sahabat gue di SMA, meskipun di antaranya ada beberapa yang pergi bareng pasangannya. What happened was... i guess we were too busy minding how do we look and how others look, too busy to immortalize moments and upload it on our social media, too busy to take a good pic, and all that. I wasn't even jamming nor mumbling when Teza Sumendra sang. Yaa.. sesimple karena his songs are not my cup of tea. And my legs was fucking hurt because of that black killer high heels. Don't get it wrong though, it was a great night, but compared to the others... gue lebih cherish the moments where my friends and i went to sleepover, surprising each others' birthdays, mabal, ngejajah kantin, dll. Kayak lebih quality time aja, gitu. Habis prom, kita nginep bareng buat terakhir kalinyaaa (at least sampai saat ini, itu yang terakhir). Setelah prom, kita semua sibuk dan fokus sama jalan masing-masing menuju masa depan (DUH APASI bahasa gue).

///AFTER PROM: intensif///

Setelah prom beres, gue melanjutkan perjuangan gue dengan intensif sbmptn-simak/ujian mandiri lainnya. Tiap hari dari senin-sabtu, dari jam 6 pagi sampe malem kita diskusi, masuk kelas, latihan soal, bahas soal, tambahan, dan latihan TPA. Kayak gitu aja terus diulang selama sebulan sampe ujian mandiri. Jenuh? Nope gue justru sangat bersemangat karena di saat yang sama ada orang yang ngebuat gue betah di inten HAHAHAHA sampah emang tp itu perks kan? Kadang gue sama temen-temen yang lain juga ke inten cabang lain buat ngejar guru yang enak, ato bahas soal sambil makan di luar. Bedanya adalah ketika temen-temen gue lagi tes SBMPTN, gue lagi daftar ulang nyerahin berkas ke calon tempat kuliah gue saat itu. Besok-besoknya yaa intensif lagi sampe SIMAK (di sini udah mulai kepisah pisah sih sama temen-temen, karena ada yang sibuk sama persiapan utul UGM, IPB, swasta, kedinasan, dll). Tapi pernah bolos sehari deng karena ikut gathering sbm! Hehe. Gue terus belajar (mostly dengerin rekaman sejarah Bu HN lol) dan latihan soal SIMAK. Nah terus... tiba hari ujian SIMAK. Gue kebagian ujian di SMAN 7 Bandung. Gue dateng sekitar sejam lebih awal dan karena kakak gue gabisa ikut nunggu, gue nunggu sendiri sambil makan di warteg sebelah ha ha BTW WARTEGNYA ENAK & MURE... i know gapenting si tapi yaudahlah. Skip skip skip... ujian lah gue. Waktu ngerjain soal, gue bener-bener setenang itu, ga degdegan sama sekali. Rumor tentang soal simak lebih susah daripada sbmptn itu gue gabisa bandingin guys, karena gue gaikut sbmptn. Tapi soal simak emang susah, soal-soalnya emang sedetil itu. Gue bener-bener ngejawab apa yang gue bisa, tapi sekiranya ada yang 50:50 antara jawab atau engga, i decided to keep answer. I got nothing to lose, afterall. Gue agak lega sejujurnya karena soal yang bisa gue jawab kehitung banyak, lebih banyak dari target gue bahkan.


Kira-kira sebulan setelahnya, pengumuman SBMPTN keluar, disusul dengan pengumuman ujian mandiri lainnya. Gue turut bahagia ngeliat temen-temen gue lolos di pilihan yang mereka pengen. Di saat yang sama, ada temen-temen gue yang masih struggle karena belom dapet kuliah. Gue sendiri masih nunggu pengumuman SIMAK. Pas hari H pengumuman, gue udah bilang ke mama biar ga kecewa kalo gue ga dapet. Begitu gue buka website pengumuman...

"Mah mah ini kayaknya keterima deh..."
"Ah bohong (ini 50:50 antara seneng dan ga percaya"
"Hah masa sih bentar bentar (((baca ulang))) TAPI INI BENERAN KETERIMA nih yaampun ada tulisannya 'Selamat Anda diterima sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia'"
"Ah yang bener Sya?"
"IYAAA MAH YAAMPUN COBA LIAT INI DEH."

trus kita berdua pelukan, nangis bahagia. *insert emotional gif here*

Alhamdulillah, perjuangan gue dibayar dengan lolos ke fakultas hukum. Meskipun pilihan dua, still, it seemed so unreal that i got into UI. Karena dari dulu, jujur gue selalu ngerasa UI tuh out of my league. Secara gue bercermin dari kakak-kakak gue dan ngeliat gimana perjuangan susahnya dapet kuliah. Apalagi ini UI.

Kebanyakan orang menyimpulkan tindakan gue selfish, egois, self-oriented, dan ga mikirin adik kelas gue tentang nolak snmptn. Ada yang ngechat gue, confront gue langsung tentang keputusan gue ambil UI, bahkan beberapa orang ada yang seniat itu untuk bikin fake account dan send hate message di instagram. Gue nggak membenarkan apa yang gue lakukan, tapi seandainya lo berada di posisi gue, would you sacrifice your future for someone else's? (dalam konteks ini, ya adik kelas). Especially the future you had been worked so hard for. I bet not. Cold truth is, it's never been an easy process for me, too. Dari awal proses snmptn-ppkb-bahkan sampe gue keterima UI pun, gue terus berdebat sama keluarga gue. Mulai dari nentuin pilihan jurusan SNMPTN, peminatan bisnis yang gue ambil (di sini gue sempet cekcok sama mama), nentuin pilihan dari dua pilihan yang sama bagusnya sampe riset ke sana sini (di sini gue sempet berantem sama kakak gue), finding out what's right for me, dealing with the teachers, and all that. It was never easy. Ga semulus yang beberapa orang pikirin.

Setelah melalui banyak pertimbangan (and countless of debate), gue akhirnya memutuskan melanjutkan studi gue di hukum ui! Never have i feel ungrateful for being a student here. I'm truly lucky, truly blessed. And as this post was posted, i'm already finishing my first term of semester dan lagi menikmati liburan semester di Bandung! Gue sangaaaat mencintai semester pertama gue di UI, bahagia banget, walaupun capek & struggle but i love it to bits.

Alhamdulillahirabbil aalamin.