late night thoughts

chicken soup for the soul: best friend

10:24 PM

hai, b. it's (always) been a long time


di perjalanan menuju bandung ini, tiba-tiba gue punya hasrat untuk nulis. sumpah, gak ngerti kenapa gue selalu mendadak punya ide nulis di kereta. sayangnya, kereta makan udah penuh buat gue bisa santai buka laptop sambil ngecharge dan nulis dengan proper. gue nggak pernah suka nulis panjang pakai hp. tapi, urgensi untuk nuangin perasaan gue yang lagi membuncah banget ini bisa dibilang tinggi banget. terlalu tinggi, kalo ga gue tulis sekarang bisa jadi keburu basi, madingnya udah mau terbit. ba dum tss!

belakangan ini, gue kayak ditampar, disadarin. i guess this is just the time when i finally learned something about life; friendship. pertemanan, persahabatan, you name it.

what a best friend really is anyway? 

orang yang kemana-mana bareng gue di sekolah? chairmate bertahun-tahun? people whom i share lunch table with? orang yang nge-tag-in bangku kuliah buat gue? partner belajar ujian dan makan bubur barito setelahnya? people whom i take photos with on the first dan last day in school while wearing matching clothes? people you share memes or gossip in line groups?

well then i guess, i have so much best friends.

sebagai seorang introvert totok dari lahir (i'm an INTJ), gue jarang sekali merasa bergantung atau attached sama orang selain keluarga. all of a sudden, i remember a memory when my primary school friends and i went to dufan. gue yang gabung bareng temen-temen gue eventually ngacir sendiri, cobain wahana yang pengen gue coba tapi mereka ga mau, and i ended up exploring the whole place by myself until i got a call from the bus. gue ga pernah merasa takut sendirian atau merasa takut nggak-bareng-temen. that moment, i was so sure that i could actually live and find my own happiness without depending on the existence of friends.

konsep pertemanan nggak pernah punya arti yang mendalam dalam hidup gue sampai gue kuliah. jadi baru-baru ini gue lupa denger atau baca dari mana; tapi kata-kata ini benar-benar melekat banget di memori gue. padahal gue sendiri termasuk orang yang sangat pelupa, apalagi buat inget detail kata-kata orang lain. more or less, kata-katanya seperti ini:

Nemuin sahabat yang baik untuk jiwa kamu tuh susah langka. Punya sahabat itu rezeki. Ga semua orang bisa punya rezeki itu.

when those words came across, a particular person suddenly lingered on my mind. saat itu juga gue ngerasa 'disadarkan' kalau... ya dia tuh rezeki gue. lebih dari sekedar temen yang kemana-mana bareng, lebih dari sekedar chairmate, temen makan siang di kantin, temen yang ngetag-in bangku kuliah, atau temen gosip di grup line.

this person is my safe place. di depan orang ini, somehow gue bisa merasa emotionally naked. nggak banyak orang yang bisa bikin gue ngerasa nyaman (and vice versa) untuk diajak ngobrol dari hati ke hati. tentang hal-hal personal, tentang nilai-nilai yang masing-masing kita anut, tentang hal-hal yang gue treasure atau hal receh yang nggak gue suka tanpa takut ngerasa 'nggak aman', topik sesensitif keluarga yang gak bisa dishare ke sembarang orang, tentang issues yang gue hadapin, berbagi ketakutan, insecurity, kelemahan... or people whom i able to pour my feelings and share about my imperfections on life in the middle of the night. bersama mereka gue ngerasa energi, jiwa, mental dan batin gue recharged kembali. lucunya, gue bisa sahabatan dan punya ikatan emosional yang kuat secara alami dengan orang yang satu ini; yang kalo dipikir-pikir kenalnya singkat itupun melalui perantara, tapi jejak dia dalam hidup gue tuh jauh lebih berbekas dan ngena dibanding orang lain yang berada di sekitar gue bertahun-tahun lamanya. apa lagi sih namanya kalo bukan rezeki?

entahlah...

mungkin gue exaggerating di mata orang lain. atau mungkin pathetic?

to me, it's not. it's really something big. it's huge. gue nggak ngerti apa yang membuat kepribadian gue terbentuk kayak gini, tapi tanpa sadar, i tend to build walls to everyone dari sejak kecil. bagi gue yang nggak bisa easily open up to people; finding out people whom i can share this very little space of my introverted self adalah sesuatu yang nggak bisa disebut biasa aja. 

she's the kind of people where my 11 years old self would be willing to explore dufan together; bukan karena gue takut sendirian dan nggak ada teman, tapi karena gue sangattt sayang sama orang ini... dan betapa jauh lebih menyenangkan dan bahagianya pasti perjalanan gue dengan kehadiran dia.

orang yang bersangkutan juga pasti udah tau (dan pasti senyum senyum sendiri bacanya hoek), as i have expressed my gratitude to this person. you know who you are ya. thank you. keberadaan lo ngebuat gue untuk pertama kalinya, di umur dua puluh satu, ngerasa kalo semandiri apapun gue, gue nggak harus ngejalanin hidup ini sendirian. indeed, punya sahabat itu rezeki; dan gue bersyukur lo rezeki gue.