loving & moving on

9:22 PM

Cinta.

Mungkin emang hal yang masih tabu buat dibicarakan, apalagi buat ukuran anak SMP kayak aku.

Well, mungkin orang-orang nganggep cinta masa remaja cuma cinta monyet.

Tapi, percaya deh, walaupun mungkin emang ternyata cinta monyet, perasaan yang dirasain orang patah hati (mau cinta monyet ataupun cinta beneran) itu rasanya tetep sama.. mungkin.

Dulu sih, pas SD dunia serasa cuma punya aku dan ibu. Semenjak SD-SMP aja, jadi rada ngenal sama cinta yang baru. Bukan sama ibu, tapi sama cowok. Masih anak bawang soal cinta-cintaaan, penasaran juga ngeliat temen-temen yang udah pada punya pacar. Gimana sih rasanya punya pacar?

Akhirnya, di suatu hari, kerasa juga deh perasaan suka ke cowok. Rasanya tuh, setiap mikirin dia, kayak ada yang geli geli di dalem perut. Mau ngelakuin hal apapun, pasti kebayang aja muka si dia di pikiran. Lagu-lagu roman mulai nggak sekedar dinikmati simfoninya aja, tapi juga liriknya. Tiap dia lewat, pengen kabur aja rasanya, deg degan :)

Saking udiknya aku baru pertama kali ngerasain suka sama cowok, euforianya heboh banget di keluarga. Obrolannya pasti tentang cowok ituuu terus. Tentang gimana baiknya dia, tentang gimana perhatiannya dia yang bersedia minjemin jaketnya pas hujan, tentang bagaimana saltingnya aku tiap ketemu dia, tentang semuanya. Semoga aja ibu nggak ngerasa diselingkuhin sama aku, hehe :D

Rasanya pacaran tuh enak, ya. HP yang dulu dipake cuma sekedar buat main game atau foto fotoan, sekarang ada temen ngobrol 24 jam. Ada yang ngingetin shalat, makan, bilang sayang, bilang i love you lah, muji muji lah. Iya, bahagia banget rasanya disayang orang. Bahagia banget rasanya diperjuangin sama seseorang, dijadiin teman hidupnya, dijadiin pusat perhatiannya.

Tapi beda lagi ceritanya ketika dimana salah satu dari kita mulai mementingkan egonya sendiri. Ingin rasanya sendiri lagi, tanpa pacar lagi, tanpa ada debat setiap hari. Sampai akhirnya, hubungan itu sendiri berakhir dan kita malah menyalahkan cinta.

Semua tweets dan untaian kata-kata galau, sekarang rasanya udah jadi makanan setiap hari. Semua berantakan karena cinta itu sendiri, di pikiranku. Cinta itu menyakitkan lah, nggak adil lah. Mungkin ini ya, maksud yang dikatan semua orang kalau 'berani cinta, harus berani sakit hati'?

Cinta itu menyakitkan, ya.

Cinta itu sakit.

....

Eh, bener nggak sih?

Benar ngga sih aku sakit hati karena cinta?

Apa benar?

Bentar, googling dulu.

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.   - Wikipedia

Sumpah, aku sampai googling untuk tahu apa definisi cinta itu. Seharusnya cinta itu menyenangkan, bukan? But i have no idea, WHY does all i feel about these are all about pain? I should feel about happiness about love, i should feel the butterflied when everybody does in love. It should be not the pain what i feel about. Dimana salahnya?

Until i came to my final thoughts.

Aku yang menyalah artikan makna cinta. Cinta memang bukan seperti itu, bukan tentang sakit hati. Cinta seharusnya tentang kasih sayang, kan?.Sebenarnya --dan seharusnya bukan cinta yang aku salahkan. I was wrong, i was the one who should be blamed. Myself.

It was not only his faults. There was mine too.

Nggak selalu dia yang salah, yang nggak perhatian, yang nggak sempurna, yang nggak berbuat apa yang seharusnya cowok-cowok lakukan terhadap cewek.

It was not only about him. There was my fault too. Mungkin dia salah, tapi aku JUGA salah. Semua yang aku pikir hanya kesalahannya, sampai aku nggak menyadari kalau ada yang salah juga dalam cara aku mencintai. Katakanlah, terlalu banyak menuntut. Seharusnya aku nggak begitu, kan? Seharusnya aku bisa menerima dia apa adanya. Relationship ngga akan berjalan lancar ketika salah satu dari kita mulai pudar rasa percaya dan perasaannya.

So, what should we have to do after realizing our faults? Do we should go back to him? 

The choice is yours.

Berikan kesempatan bagi mereka yang masih berusaha. Tapi untukku sendiri, the answer would be no. Mungkin terkesan arogan atau jahat, atau bahkan terkesan munafik. Tapi, sometimes we have to let go about what have be done. Apalagi untuk mereka yang nggak sempat mermperjuangkannya, ketika relationship udah di ambang putus. Mereka yang melepaskan kita tanpa ada perjuangan, nggak cukup pantas untuk mendapatkan kita kembali. Galau dan penyesalan itu memang selalu ada, tapi itu nggak berarti kita harus memaksa keberadaan cinta itu kembali. Ada dua alasan kenapa orang datang dalam kehidupan kita. Pertama, untuk jadi teman hidup kita. Yang kedua, untuk dijadikan pelajaran. Biarkan mereka cukup jadi sekadar pelajaran hidup kita, ambil positifnya. Try to not get stuck on him, he's just another lesson. There are still so many lesson we have to learn. Karena cowok nggak cuma satu, dan percaya atau nggak, selalu ada yang lebih baik dari dia. Dan selalu ada yang lebih baik dari diri aku, dari diri kita. So you have to prepare your heart when the time comes for him to find another girl to replace you. So do i, i should have to prepare too. Siap untuk digantikan oleh orang lain, siap untuk merelakan dan mengikhlaskan dia, dan bersiap untuk move on. Yes, we've got to move on. Pantaskan diri kita buat dapat yang lebih baik, dengan memperbaiki diri kita juga.

Why do we need to moving on?

Because there are many peoples that need to be loved

and we just deserve better.

You Might Also Like

0 comments